Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW : Memanusiakan Manusia

(06/02/2012) Empat belas abad yang silam di Jazirah Arab, apalagi di Mekah manusia tidak lagi manusiawi. Orang yang kuat dengan sewenang-wenang bisa berkuasa dan berbuat sesuai dengan kehendaknya. Merampas hak milik orang yang lemah tidak lagi membuat hati mereka tersentuh. Mengambil dan gonta-ganti istri dengan istri orang lain tanpa ikatan pernikahan sudah menjadi tradisi. Yang lebih biadab lagi adalah dengan bangga mereka mengubur hidup-hidup bayi perempuan tanpa ada penyesalan sedikitpun lantaran mereka merasa mendapat malu. Kelahiran bayi perempuan dianggap masyarakat arab ketika itu sebagai hal yang sangat memalukan.

Bersyair yang mengandung unsur-unsur syirik dan sihir menjadi hobi masyarakat arab, sehingga orang yang dianggap mulia ketika itu adalah orang yang paling pintar dalam bersyair. Perbuatan tenung dan santet merajalela seolah sudah menjadi hal yang biasa. Meramal nasib dan menanyakan masa depan kepada dukun suatu keyakinan yang dianut masyarakat. Berjudi mempertaruhkan nasib adalah jalan yang banyak ditempuh untuk mengumpulkan kekayaan secara instan. Menikahi istri ayah (ibu tiri) yang tidak mendapatkan anak dengan ayah dianggap perbuatan yang terpuji, namun tradisi ini tidak begitu populer.

Aqidah bangsa Arab ketika itu menganut paham banyak tuhan. Keyakinan tersebut mereka aplikasikan dengan membuat banyak “Patung” sebagai tuhan yang akan mereka sembah. Patung yang paling terkenal mereka sembah sebagai tuhan mereka sebut dengan Latta, Hubbal, Manat dan Uzza. Masih banyak patung-patung lain yang mereka sembah, sehingga dikala itu masjidil haram telah dipenuhi oleh patung-patung yang mereka buat dan mereka jadikan sebagai tuhan.

Fakta-fakta sejarah yang telah disebutkan tadi sungguh telah menggambarkan betapa dalamnya keterpurukan manusia ketika itu. Keterpurukan manusia dari fithrahnya yang mulia sebagai Khalifah di muka bumi. Akal seolah tidak lagi berfungsi untuk mencari dan menerima kebenaran. Hawa nafsu dan sifat-sifat binatang yang dikendarai oleh syetan telah mengalahkan akal sehat. Rasa lemah lembut dan kasih saying seolah telah sirna dari dunia. Kebenaran mereka tolak dan mereka sembunyikan. Zaman itu disebut dengan zaman jahiliyah (kebodohan) atau zaman kegelapan. Bodoh bukan berarti terbelakang dan tidak berilmu pengetahuan, tapi bodoh karena mereka menolak dan menyembunyikan kebenaran.

Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang sudah begitu rusak akhlaknya. Kedatangan Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebenarnya adalah untuk memanusiakan manusia. Mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang sudah habis terkikis oleh kebiadaban yang berkembang biak. Melindungi hak-hak fakir miskin dan orang-orang lemah yang telah terinjak-injak oleh kekuasaan orang-orang yang telah dikuasai oleh syetan. Menebarkan kasih sayang terhadap sesama dengan menyingkirkan dan membuang habis kekasaran dan kebrutalan. Memuliakan dan meninggikan derjat kaum wanita dengan menghilangkan penindasan dan pelecehan terhadap mereka. Mengajarkan kebenaran dan agama tauhid dengan menghapuskan kesyirikan dan kekufuran.

Sekarang manusia telah mulai kembali kepada keadaan dimasa sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT. Manusia sekarang kembali berada di zaman jahiliyah, bahkan jahiliyah yang lebih parah dibandingkan dengan kondisi bangsa Arab tempo dulu. Kejahiliyahan sekarang didukung oleh teknologi yang canggih dan ilmu pengetahuan yang maju. Untuk itu, mari kita merenung sejenak : apakah kita ini masih manusia??? Kita sekarang butuh sosok yang bisa dijadikan teladan seperti sosok Rasulullah, sosok yang bisa memanusiakan manusia kembali.*** (Oleh : Arif Fiandi, S.Pd.I) ***

Komentar